ENGGAK NGERTI! - #TerserahPutri

"Sekarang Kakak jarang pulang!"
Bentuk protes Putri pada dunia baruku yang dianggapnya berpengaruh terhadap kedekatan. Aku, sebagai seorang Kakak yang menurutnya terbaik, dan harus selalu begitu, tentu tidak ingin Putri merasa demikian.
Kubilang,
"Bukan begitu,"
"Pulang!"
"Teater hanya titik kesibukan baru, yang tak mungkin menggulingkan kau,"
"Nggak ngerti!"
"Anggaplah kau sebuah rumah," kubilang dengan hati-hati agar dia mengerti.
"Lalu?"
"Dan Aku punya kerjaan baru yang membuatku sering tinggalkan kau,"
"Terus?"
"Rumahku tetap Kau!"
"Tapi rumah akan hancur kalo penghuninya nggak pulang-pulang,"
Aku diam. Dan mengerti maksudnya. Kukira, itu keluar karena Aku punya rumah di Tasik yang jarang kutengok dan akhirnya rusak.
"Putri, kau tau Aku gak akan biarkan kau hancur,"
"Kalo gitu, pulang!"
"Iya,"
Kubilang iya tapi Aku sendiri tidak tau akan pulang kapan. Sementara Putri ingin cepat Aku bergerak. Sejalan dengan itu Aku tak bisa cepat-cepat karena dewa kecepatan sedang tak ada kesediaannya membantuku.
Dia memang belum saatnya kubilang 'beliau', hanya saja, Aku hormati dia sebagai seseorang yang Tuhan barter dengan kepergian Bapakku. Dia adalah beliau yang kusayangi dengan enak.
Bersamanya Aku tak butuh apa-apa yang lebih lucu. Mahakarya Ibu dan Tiriku yang buat kulupa dengan kepergian Bapakku. Ketika beliau bilang begitu, hancurlah Aku punya hati. Ingin pulang. Ingin ajak main dia punya diri. Tapi tidak bisa.
"Put, besok kita main!" kubilang.
"Kakak akan pulang besok?"
"Iya,"
Dia senang tampaknya. Dan memang iya kurasa dia senang akan kepulanganku. Masalahnya, Aku sedang tak enak badan, ditambah banyak kesibukan di kampus seniku. Kampus yang tak sama dengan kampus pada umumnya. Kampus yang dipenuhi dengan proses pementasan yang tak pernah berhenti. Selesai acara ini, ada lagi yang lain, begitu saja terus.
"Main kemana, Kak?"
"Kemana-mana yang bisa buat rindunya cukup untuk beberapa minggu kedepan,"
"Nggak ngerti!"
"Nggak usah ngerti, memang."
"Aku ingin ngerti apa-apa yang Kakak ucapkan, biar nyambung"
"Semuanya harus nyambung?"
"Ya iyalah!"
"Nanti Kakak ajarin,"
Beberapa percakapan diatas terbuat berbarengan dengan berpikirnya Aku caranya untuk pulang, karena masalah fisik yang masih sakit dan kendaraan yang tak ada.
Sebenarnya ada, kendaraan, motor, Mio tahun 2013 kepunyaan teman kuliahku. Bisa dipinjam tapi tak bisa Aku miliki karena punya orang. Kurasa.

SHARETHIS